Senin, 18 Juni 2012

Karawag-Bekasi


Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
Kami tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tak lagi mendengar deru kami,
Terayang kami maju dan mendegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, Kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 riu nyawa

Kami Cuma tulang – tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan tulang-tulang berserakan

Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-a
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang-kenanglah kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir

Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara krawang-bekasi

Doa

Kepada pemeluk teguh

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh

cahyaMu panas suci
Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

Aku hilang entuk
Remuk

Tuhanku

Aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
Di pintuMu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling

Persetujuan Dengan Bung Karno

Ayo ! Bung Karno kasih tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengar bicaramu
Dipanggang di atas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah kedepan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut

Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak dan berlabuh

Diponegoro

Dimasa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seribu kali
Pedang di kanan , keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati

MAJU

Bagimu negeri
Menyediakan api

Punah diatas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup hrus merasai

Maju
Serbu
Serang
Terjang

Sabtu, 16 Juni 2012

Aku



Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi


Prajurit Penjaga Malam

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
Bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
Kepastian
Ada di sisiku selama menjagsa daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu ......
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu !